Senin, 24 November 2014

Peribahasa Indonesia (2)

1.        Jelatang di hulu air. Perihal orang yang suka memfitnah atau mencari kerusuhan.
2.        Jatuh ke dalam air mata. Bersedih hati sendiri, tiada orang yang tahu.
3.        Membasuh muka dengan air liur. Perihal orang yang berusaha untuk memperbaiki kesalahannya dengan memperbesar dosanya.
4.        Memancing di air keruh. Menggunakan kesempatan dalam kesempitan.
5.        Mengairi sawah orang. Mengerjakan sesuatu yang menguntungkan orang lain.
6.        Mengadu air dengan garam. Perihal orang beristri dua, lebih mengasihi istri mudanya daripada istri tuanya, tetapi tidak ada bukti tentang kasih sayang padanya. Jadi, seperti garam itu akan hilang bila berada di dalam air.
7.        Menepuk air didulang. Membuka aib sendiri.
8.        Menanjakkan air ke bukit. Mengerjakan pekerjaan yang mustahil akan berhasil.
9.        Merajukkan air di ruang, hendak karam ditimba jua. Marah kepada orang yang kita kasihi, tetapi merasa tidak tega bila dia hendak susah atau celaka.
10.     Air beriak tanda tak dalam. Orang yang banyak bicara dan sombong biasanya tak berilmu.
11.     Air besar batu bersibak. Bila mendapatkan bahaya besar, orang akan mencari kaum, golongan, atau bangsanya.
12.     Air jernih ikannya banyak. Semua serba menyenangkan. Diibaratkan pada sebuah negeri yang rakyatnya makmur dan negerinya aman dan permai.
13.     Air laut itu ada pasang ada surut. Dalam kehidupan adakalanya susah adakalanya senang.
14.     Air mudik, semua teluk diranai. Orang yang boros, tidak pernah memperhitungkan apa yang dibelinya, apa yang kelihatan berguna atau kurang berguna pun dibelinya.
15.     Air orang disauk, ranting dipatah, adat orang diturut.
16.     Di manapun berada, hendaklah menuruti adat-istiadat dan kebiasaan yang berlaku di negeri tersebut.
17.     Air sama air kelak jadi satu, sampai itu ke tepi jua. Bila terjadi perselisihan antara orang bersaudara yang dicampuri oleh pihak ketiga, maka kelak orang yang bersaudara itu berbaikan kembali, sedangkan pihak ketiga hanya akan mendapat malu.
18.     Air susu dibalas air tuba. Kebaikan dibalas dengan kejahatan.
19.     Air tenang menghanyutkan. Orang yang pendiam biasanya memiliki banyak pengetahuan.
20.     Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam. Terlalu bersedih karena sesuatu yang sangat menyakitkan hati.

21.     Air dingin juga dapat memadamkan api. Kelemahlembutan dan kata-kata halus dapat meredam kemarahan yang sangat besar.
22.     Ada air ada ikan. Setiap negeri tempat kita tinggal selalu terdapat rezeki. Setiap negeri atau kampung itu memiliki adat.
23.     Adakah dari telaga yang jernih mengalir air yang keruh? Mungkinkah dari turunan baik-baik itu akan menjadi jahat atau hina?
24.     Kalau air keruh di hulu sampai ke muara keruh juga. Kalau permulaannya sudah dimulai dengan kekusutan, sampai akhirnya pun akan kusut juga.
25.     Kami sepatun air didih, nasi masak badan terbuang. Keluhan dari seseorang yang telah berbuat jasa, yang telah tidak dipedulikan lagi.
26.     Rasan air ke air, rasan minyak ke minyak. Mencari kaum atau bangsanya sendiri-sendiri.
27.     Orang haus diberi air, orang lapar diberi makan. Memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkannya.
28.     Seperti air pembasuh kaki. Perihal sesuatu yang dianggap murah.
29.     Seperti air di dalam kolam. Tenang pembawaannya, tetapi berilmu.
30.     Selama air hilir, selama gagak hitam. Kiasan untuk suatu hal yang berlaku selama-lamanya. Misalnya atas sumpah orang terhadap sesuatu.
31.     Sekali air pasang, sekali tepian beranjak; sekali air dalam, sekali pasir berubah. Tiap kali berubah pimpinannya, berubah pula aturannya.
32.     Sambil menyelam minum air. Sambil mengerjakan pekerjaan yang satu, terselesaikan pula pekerjaan yang lain.
33.     Tiada air sungai mengalir ke hulu. Seorang anak tidak akan dapat membalas pengorbanan yang telah dilakukan oleh orangtua.
34.     Tidak membesarkan air. Tidak bisa berbuat apa-apa; tidak ada yang bisa melakukannya.
35.     Terbit air karena dipecik, terbit minyak karena dikempa. Menerima atau mengerjakan suatu pekerjaan karena dipaksa.
36.     Terseberang di air pasang. Terpelihara atau selamat dari bahaya besar.
37.     Tambah air tambah sagu. Tambah banyak permintaannya, bertambah pula biayanya.
38.     Tak air peluh diurut, tak air talang dipancung. Melakukan segala sesuatu untuk mencapai tujuan.
39.     Cencang air tak putus. Orang bersaudara tidak mungkin diputuskan hubungannya. Meskipun berselisih, pasti akan berakhir dengan damai.
40.     Umpama air digenggam yang tidak tiris. Sindiran untuk orang yang kikir/pelit.
41.     Hendak air pancuran terbit. Mendapatkan sesuatu melebihi apa yang diinginkan.
42.     Harap hujan di langit, air di tempayan ditumpahkan. Mengharapkan sesuatu yang belum pasti, yang sudah dimiliki malah lepas.
43.     Sebelum ajal berpantang mati. Bila ajal sudah tiba, tidak ada seorang pun dapat menolaknya dan bila ajal belum tiba waktunya, bagaimanapun seseorang itu takkan mati.
44.     Belajar ke yang pintar, berguru ke yang pandai. Menuntut ilmu lebih baik kepada orang berilmu pengetahuan dan kaya pengalaman.
45.     Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Pekerjaan yang dilakukan dengan tanggung-tanggung atau setengah-setenga tidak akan mencapai hasil yang baik.
46.     Itik diajar berenang. Mengajar orang yang memiliki lebih banyak pengalaman.
47.     Kurang tunjuk kurang pengajar. Kurang mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
48.     Bila kail panjang sejengkal, jangan lautan hendak diajuk. Bila ilmu dan pengalaman kita belum seberapa, janganlah mencoba melawan orang yang berilmu dan berpengalaman.
49.     Baru diajuk, ‘lah bertarung. Baru memulai sudah mendapatkan kesulitan.

      50.Dalam laut boleh diajuk, dalam hati siapa tahu. Segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati                seseorang tidak dapat diketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yang baik ya