Selasa, 04 November 2014

BATIK

BATIK merupakan kesenian warisan nenek moyang kita. Seni batik mempunyai nilai seni yang tinggi, perpaduan seni dan teknologi. Batik menarik perhatian bukan semata-mata hasilnya, tetapi juga proses pembuatanya. Inilah yang kemudian membuat batik diakui oleh dunia.
Menurut Kuswadji, batik berasal dari bahasa jawa,”MBATIK”, kata mbat dalam bahasa yang juga disebut ngembat . Arti kata tersebut melontarkan atau melemparkan. Sedangkan kata tik bisa diartikan titik. Jadi,yang dimaksud batik atau mbatik adalah melemparkan titik berkali kali pada kain.

 Sedangkan menurut Soedjoko, batik berasal dari bahasa Sunda. Dalam bahasa Sunda, batik berarti oses menyunging pada kain dalam proses pencelupan. Istilah batik dalam bahasa Sunda bisa ditemukan dalam babad sengkala (1633) dan pandji djaja lengkara(1770).
Batik mulai berkembang pada zaman kerajaan majapahit dan penyebaran islam di jawa. Pada mulanya, batik hanya di buat terbatas oleh kalangan kraton. Hasilnya kemudian dipakai oleh raja dan keluarga serta para pengikutnya. Batik  dibawa keluar keraton oleh para pengikut raja dari sinilah kesenian batik kemudian berkembang di masyarakat.

Berikut ini periode perkembangan batik:
Zaman Kerajaan Majapahit
Kerajaan majapahit merupakan salah satu kerajaan maritime di Indonesia. Selain mengembangkan perdagangan, majapahit juga mengembangkan batik. Pusat-pusat pembuatan batik pada waktu itu berada di daerah Mojokerto dan Tulungagung. Mojokerto di kenal sebagai pusat kerajaan Majapahit. Di tempat ini masyarakat mengembangkan batik. Pada saat kerajaan Majapahit mulai memperluas kekuasannya, batik pun ikut menyebar. Tulungagung merupakan salah satu daerah yang di tundukkan oleh Majapahit.
Pada waktu itu daerah Tulungagung masih berupa rawa-rawa dengan nama daerah bono rowo. Penguasa Tulungagung, Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan majapahit. Maka di seranglah Tulungagung.
 Ketika Tulungagung berhasil di tundukkan, banyak pasukan Majapahit yang tinggal di daerah tersebut. Merekalah yang kemudian mengembangkan batik di Tulungagung. Ciri khas dari batik Kalangbret (Tulungagung) hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta. Warna dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua.
Zaman perkembangan islam
Pada saat islam mulai berkembang, batik juga ikut berkembang, salah satunya di Ponorogo, Jawa Timur. Di daerah ini, pada masa era islam mulai berkembang, terdapat pesantren di daerah Tegalsari. Pesantren ini di asuh Kyai Hasan Basri atau yang di kenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari.
Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo. Istri Kyai Hasan Basri inilah yang memperkenalkan batik di Ponorogo. Peristiwa inilah yang membawa seni batik keluar dari keraton menuju ke Ponorogo.
 Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, mereka akan menyumbangkan dharma bakti di Ponorogo dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah perbatikan ulama yang bias kita lihat sekarang ialah daerah Kauman, yaitu Kepatihan Wetan sekarang. Dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri, yaitu dari kayu-kayuan antara lain: pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kain putihnya juga memakai buatan sendiri dari tenunan gendong.
Batik Solo dan Yogyakarta
Batik di daerah Yogyakarta dan Solo di kenal semenjak kerajaan Mataram, pada masa Panembahan Senopati. Batik berkembang didaerah Plered. Sama seperti zaman Majapahit, awalnya batik terbatas dalam lingkungan keluarga keraton. Para ratu yang mengajarkan proses pembuatan batik. Lama kelamaan, batik keluar kraton. Pada upacara resmi kerajaan keluarga keraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombinasi batik dan lurik.  Kemudian batik mulai berkembang ketika rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga keraton.
Batik terus meluas dan berkembang beriring dengan berbagai peristiwa yang terjadi di kerajaan Mataram. Ketika terjadi peperangan, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur, Ponorogo, Tulungagung.
Pada saat terjadi perang Diponegoro melawan belanda,mendesak pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan.  Mereka kemudian tersebar kearah timur dan barat.
Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
Batik solo dan Jogja kemudian menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung. Selain itu juga menyebar ke gresik, Surabaya dan Madura. Sedang kearah barat batik berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
Perkembangan batik di wilayah lain.
Batik di Banyumas berpusat di daerah Sukaraja. Ketrampilan membatik di daerah ini dibawa oleh pengikut - pengikut pangeran Diponegoro setelah selesainya peperangan tahun 18.30. Sebagai bahan untuk membatik adalah mori yang di tenun sendiri, dan obat pewarna dipakai antara lain pohon Tom, pohon pace, dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.
Batik sampai ke Pekalongan juga di bawa pasukan pangeran Diponegoro. Para pengikut pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik. Pada masa itu batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Sementara itu,di Tegal, batik mulai dikenal pada akhir abad ke 19.  Bahan pewarnanya di ambil dari tumbuh-tumbuhan; pace atau mengkudu, nila, soga kayu.  Kain yang dipakai adalah kain tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik,dan kemudian meningkat menjadi warna merah biru.
Hampir sama dengan daerah-daerah lain, perkembangan batik di Kebumen  mulai dikenal sekitar awal abad ke 19. Batik di perkenalkan oleh pendatang-pendatang dari Yogya. Salah satu yang mengembangkan batik adalah Penghulu Nusjaf. Proses batik pertama di Kebumen dinamakan teng-abang atau  blambangan.  Motif- motif Kebumen ialah :  Pohon-pohon, burung-burungan. Bahan – bahan lainnya yang di pergunakan ialah pohon pace / mengkudu dan nila tom.
             Sementara itu, di luar Jawa Tengah, batik juga dikenal di Jawa Barat.
Salah satu daerah pengembangan batik adalah Tasikmalaya. Tempat-tempat pembantikan antara lain Wurug, Sukapura, Mangunraja, Manonjaya.
Batik mulai menyebar ke Jawa Barat terjadi ketika masyarakat dari Tegal, Pekalongan, Banyumas dan Kudus yang merantau ke daerah barat.  Mereka ini kemudian menetap di Ciamis dan Tasikmalaya.
Sedang di daerah Cirebon batik mulai berkembang dari keraton.
Ciri khas batik Cirebonan:
- sebagian besar bermotifkan gambar yang merupakan lambang hutan dan margasatwa.
- motif laut di pengaruhi oleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina.

- bergambar garuda karena di pengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yang baik ya