Kamis, 18 September 2014

PUISI

POLA BUNYI (Rima)

              Rima adalah penataan unsur bunyi yang ada dalam kata. Penataan ini berupa pengulangan bunyi yang sama pada satuan baris atau pada baris-baris berikutnya dalam bait. Setelah hal yang diungkapkan jelas, berikutnya, penyair memilih kata yang sesuai dengan rima yang diinginkan.

            Pada puisi lama, seperti pantun dan syair, pola bunyi bersifat tetap. Pantun memiliki pola bunyi ab-ab, sedangkan syair berpola aa-aa. Bagaimana dengan pola bunyi puisi modern? Pola bunyi pada puisi modern disusun untuk mendapatkan efek tertentu, seperti keselarasan bunyi.



  1. Irama (Ritme)
             Irama sangat jelas pada saat puisi dibaca. Intonasi, penekanan kata, tempo (cepat-lambat pengucapan), dan penataan rima memunculkan irama puisi. Kekhasan irama suatu puisi dapat kita nikmati saat puisi dibaca. Ada pula puisi yang telah dinyanyikan dan populer di masyarakat, misalnya, puisi Ebiet G. Ade atau puisi dari Taufiq Ismail yang dinyanyikan Bimbo.


      2. Pilihan Kata (Diksi)
         
             Kekuatan utama ekspresi puisi ada pada pilihan kata (diksi). Kata-kata yang dipilih penyair berfungsi menyampaikan maksud atau makna puisi. Kata-kata juga dipilih berdasarkan efek bunyi yang ditimbulkan jika dibacakan. Jika menulis puisi, pilihlah kata-kata yang sesuai dengan maksud puisi, enak didengar,  dan memiliki nilai keindahan.

           Kata-kata yang dipilih dapat berupa kata objektif atau kata emotif. Selain itu, d jug kata yang memiliki makna simbolik. Suatu kata mewakili suatu pengertian tertentu, misalnya, perahu retak, malam jahanam, bulan biru, kota mati.

          Seorang penyai juga dapat memunculkan pilihan kata-kata baru yang menjadi ciri khasnya. Chairil Anwar sangat terkenal dengan ungkapan "aku mau hidup seribu tahun lagi" dan "aku ini binatang jalang"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yang baik ya