1. Persiapan
untuk kain cotton (mori):
a. Cutting
(memotong)
Kain dipotong sesuai dengan keinginan
dan jenis batik apa yang akan dibuat.
b. Nggirah
(mencuci)
Kain mori yang diperdagangkan biasanya
mengandung kanji yang berlebihan. Kanji tersebut harus dihilangkan agar tidak
menggangu proses pewarnaan batik. Setelah dibersihkan kemudian diganti dengan
kanji ringan, dingin, dan tipis (ngloyor).
Nggirah
ada dua:
·
Nggirah (washing)
Nggirah
dilakukan untuk menghilangkan kanji tersebut dengan cara direndam semalam, lalu
dilakukan tekanan tekanan (dikeprok),
kemudian dibilas dengan air sampai bersih.
·
Ngetel
(ngeloyor)
Kain mori yang akan dibuat untuk batik
dengan kualitas baik ( batik
halus) maka tidak
hanya dinggirah tetapi diketel/ diloyor, yaitu
perlakuan dengan campuran minyak nabati ( minyak
kicang, minyak klenthek, dan
sebagainya ) dan alkali ( kustik soda, soda abu, dan sebagainya ). Nganji
Dingin
Kain yang akan dibatik terlebih dahulu
dikanji dingin. Tahapan ini perlu dilakukan agar lilin tidak meresap kedalam
serat dan kelak akan memudahkan dalam pekerjaan penghilangan lilin. Agar tidak menghilangi maksudnya zat warna
kedalam serat, kanji yang diberikan
harus tipis/ringan, 20 gram kanji per 1 liter air. Setelah itu, dikemplong.
c. Ngemplong
Pekerjaan kemplong bertujuan untuk menghaluskan dan meratakan permukaan
kain. Ngemplong yang dilakukan dengan
cara memukul kain secara berulang-ulang. Caranya beberapa lembar kain (10 lembar)
digulung lalu diletakkan diatas kayu yang rata permukaannya. Lembar kain itu
kemudian dipukul dengan pemukul kayu, setelah rata kain dibuka dan dilipat atau
dibatik langsung.
d. Pemolaan
Jika kain sudah siap untuk proses selanjutnya, maka
motif-motif digambar dengan mengikuti pola yang sudah tersedia pada kertas atau
langsung menggambar pada kain. Setelah desain dibuat maka satu persatu diberi
warna. Namun bisa juga menggambar keliling desain dulu supaya bidang-bidangnya
bisa ditutupi. Cara menggambar dilakukan dengan cairan malam yang keluar dari
canting dalam bentuk pancuran halus.
2. Pelekatan lilin / malam
Setelah
pola siap, kemudian bagian-bagin yang akan tetap berwarna putih (tidak
berwarna) ditutup dengan malam. Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk
bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan ke dalam
larutn pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
Tahapan pemalaman
meliputi :
a. Memilih
tempat yang strategis
Agar kerja pemalaman bisa berlangsung
dengan baik , pilihlah tempat yang aman dari gangguan anak kecil, hewan dan
hembusan angin yang terlalu kencang. Tempat yang aman dan tenang akan membuat
si pembatik akan bisa berkonsentrasi dengan baik.
b. Gawangan
Sebelum melakukan pemalaman, kain
dibeber di atas gawangan. Setelah siap bisa dilakukan proses selanjutnya.
c. Mempersiapkan
malam
Malam dipanaskan di atas alat pemanas
agar mencair. Sebelum malam dimasukkan ke dalam wajan, api pada kompor atau
anglo harus dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah api cukup stabil, wajan
kemudian ditaruh di atas pemanasan.Begitu siap, malam dimasukkan ke dalam
wajan.
d. Mempersiapkan
canting
Canting dipersiapkan sebaik mungkin.
Sebelum dipakai, cucuk dari canting di periksa terlebih dahulu apakah tersumbat
atau tidak. Untuk mengeceknya kita bisa melakukan dengan cara meniupnya atau
menusuk cucuk.
e. Mempersiapkan
posisi
Setelah siap, si pembatik bisa
mempersiapkan posisi duduk di depan gawangan.
Agar memudahkan kerja, di sebelah kanan
si pembatik diletakkan kompor dengan wajan dan malam di atasnya. Sedangkan alat
– alat lain diletakkan sebelah kiri.
f. Mempersiapkan
alat untuk ngejos
Alat jos dipakai untuk menghilangkan tetesan lilin
yang kemungkinan ada pada kain. Alat ini terbuat dari logam yang tahan panas.
Guna proses pengejosan perlu dipersiapkan sabun atau deterjen.
Pewarnaan
Selanjutnya kain bisa dicelupkan
dalam pewarna. Proses pewarnaan/pencelupan ini diulangi berkali-kali hingga
hasilnya tercapai. Bila ingin memperoleh hasil terbaik, pewaranaan bisa
dilakukan hingga 30 kali. Penggarapan warna yang baik memakan waktu 15 hari,
dengan 3 macam pewarnaan perhari.
Bahan kimia yang biasanya dipakai
untuk pewarnaan adalah naptol dan indigisol. Naptol yang digunakan untuk
pembatikan biasanya naptol dingin. Pewarna naptol terdiri dari dua jenis, yaitu
pewarana (naptol) dan pembangkit waran (garam diazo). Kedua bahan ini apabila
telah dilarutkan tidak boleh dicampur karena akan merusak.
Tahap-tahap
pewarna dengan naptol:
a. Kain
yang telah dimalam kemudian dibahasi dengan larutan TRO (Turkish Redd Oil). TRO
adalah salah satu bahan pelengkap pewarna naptol yang berbentuk serbuk putih
seperti Deterjen . Setelah
kain sudah terbasuh TRO ,kemudian kain tersebut di letakkan di gawangan
agar air menetes ( jangan sampai diperas
). Proses ini bertujuan membuka serat
kain agar mudah ketika diwarnai.
b. Sambil
menunggu kain yang telah dibasahi TRO tuntas, larutan naptol dan garam diazo
dipersiapkan. Langkah pertama
yang perlu dipersiapkan adalah membuat larutan serbuk naptol dan kaustik soda (
NaoH) dengan air panas sampai keduanya
benar benar tercampur. Kaustik
yang masih bagus berwarna putih, keras dan perbentuk serpihan kasar. Setelah
Keduanya tercampur, kemudian dijadikan satu dengan larutan TRO , lalu diaduk
sampai merata dan tambah 1 liter air dingin.
c. Kain yang sudah kering kering kemudian dicelupkan
dalam larutan naptol. Setelah rata kain meresap oleh larutan naptol kemudian
diangkat untuk ditiriskan.
d. Sambil
menunggu kain selesai ditiriskan, garam dianzo bisa dilarutkan. Garam yang
masih berupa serbuk kita larutkan dengan sedikit air dingin dan aduk sampai
semua serbuk garam larut dalam air. Setelah itu larutan
garam ditambahkan 1 Liter air dingin dan diaduk hingga merata.
e. Kain
yang sudah selesai ditiriskan kemudian dicelupkan ke dalam larutan garam
dianzo. Pada
pencelupan ini, warna yang diinginkan akan tampak. Apabila warnanya masih
terlalu pekat, bisa dilakukan pencelupan ulang ( dengan melakukan pembilasan
terlebih dahulu.
Tahap pewarnaan dengan indigasol:
a. Kain
yang akan digunakan dicelup terlebih dahulu pada air bersih.
b. Dilarutkan
indigasol sebanyak 250 gram yang akan digunakan dengan sedikit air kurang lebih 250 ml dan kemudian diaduk hingga rata.
c. Buat
larutan nitrit 250 gram ditambah menggunakan air panas kurang lebih 10 ml.
d. Larutan
nitrit yang selesai dibuat kemudian dicampur dengan larutan indigasol. Kemudian
diaduk hingga merata.
e. Saat
akan mencelup, larutan yang telah bercampur kemudian ditambah 800 ml air
dingin. Kemudian diaduk.
f. Buat
larutan HCL. Larutan HCL tersebut krmudian dicampur dengan air
(perbandingannya: untuk melarutkan 10 cc HCL, dilarutkan dengan 10 liter air
dingin). Ketika menuangkan dan mengaduk HCL harus dilakukan dengan hati-hati
(jangan sampai terkena kulit karena akan bisa membuat kulit terbakar)
g. Masukkan
kain kedalam larutan selama 5 menit.
h. Setelah
direndam kemudian kain dijemur di bawah terik matahari sambil sesekali dibalik
agar warna muncul. Jangan terlalu lama ketika menjemur agar malam tidak
meleleh.
i.
Kain kemudian dicelupkan pada larutan
HCL. Pastikan seluruh permukaan kain yang sudah diwarnai tetap tercelup ke
dalam larutan HCL.
Penghilangan Malam/pelorodan.
Setelah
pengulangan pewarnaan dilakukan selesai, selanjutnya seluruh malam dapat
dilepaskan. Cara melepas
malam adalah dengan merebus kain batik yang telah di warnai hingga malam
mencair. Malam yang sudah mencair akan mengapung di
permukaan. Usai di rebus
kain di cuci lagi.
Pengerjaan batik
pada kain sutera di gunakan teknik yang berbeda, karena memerlukan malam dan
bahan pewarna yang berbeda agar tidak merusak kain suteranya.
Tahap-tahap pelorodan :
a.
Masak
air sampi mendidih, kemudian masukan kanji atau abu soda
b.
Kain
yang akan dilorot kemudian di masukkan kedalam air yang sudah mendidih.
c.
Aduk
dan balik kain di dalam rebusan.
d.
Kain
kemudian di angkat. Setelah itu di masukkan kedalam air dingin.
5. Penjemuran
Setelah malam sudah dihilangkan dan kain batik dicuci kemudian dijemur. Ketika menjemur
dicari tempat yang tidak terlalu terik.
untuk takaran TRO berapa
BalasHapus