Bahan yang diperlukan
dalam proses pembatikan, baik
batik tulis maupun cap, membutuhkan
tiga bahan pendukung utama, yaitu kain mori (cambrics),
“malam” (lilin) batik, dan pewarna (zat warna).
1. Kain Mori (Cambrics)
Kain mori (cambrics)
adalah kain tenun berwarna putih yang terbuat dari kapas. Ada
dua jenis kain mori yang sering dijadikan kain batik, yaitu kain mori yang
telah mengalami proses pemutihan (bleaching)
dan kain mori yang belum diputihkan. Kain
yang belum di putihkan disebut juga kain belacu.
Batik sebagian besar
menggunakan bahan mori sebagai bahan utama yang mudah di proses. Kualitas kain mori sangat tampak dari
kehalusan tekstur kain, sehingga kain mori tersebut, selain dari cara membatik
dalam proses membatik, akan mempengaruhi terhadap kualitas batik yang
dihasilkan.
Tekstur kain sangat
tergantung dari beberapa hal antara lain:
-Kualitas benang tenun (dipintal single atau double).
-Kekasaran benang
tenun(kasar atau halus).
-Kerapatan
anyaman(biasanya dinyatakan dengan bilangan per inci).
-Lebar kain (single
atau 90 cm;double atau 120 cm).
Ada tiga jenis mori
yang bisa digunakan dalam proses pembatikan, yaitu :
a. Mori Primisima
Mori
primisima adalah mori yang paling halus bias digunakan untuk membatik kain
batik tulis dan tidak digunakan dalam batik cap (walaupun juga dapat
digunakan). Mori ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan (piece) lebar 1,06 m dan panjang 15,5 m. Susunan atau kontruksi mori
primisima menggunakan benang Ne 50-56. Kepadatan (tetel) benang untuk lusi
antara105-125 per inch (42-50 per centimeter).
b. Mori Prima
Mori
prima adalah mori yang mempunyai kualitas nomor dua setelah mori primisima.
Mori ini biasanya digunakan untuk membatik tulis maupun cap. Mori ini juga sama seperti mori primisima yaitu
diperdagangkan dalam bentuk gulungan (piece) lebar 1,06 m dan panjang 15,5 m.
Susunan atau kontruksi mori primisima menggunakan benang Ne 36-46 dan jenis
mori ini mengandung kanji.
c. Mori Biru
Mori
biru adalah golongan mori dengan kualitas ketiga, bias digunakan untuk membatik
kasar dan sedang tidak dipergunakan untuk membatik batik kualitas halus. Mori
ini juga dipergunakan dalam bentuk gulungan (piece), lebar 1 dan panjang 16 yard, 30 yard dan 40 yard. Susunan
atau kontruksi mori biru dengan benang Ne 28-36 untuk benang pakan dan Ne 26-34
untuk benang lusi
2. Canting
Canting adalah alat yang
dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah
alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bamboo sebagai pegangannya. Canting
ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin. Sebelum
bahan plastik banyak dipakai sebagai perlengkapan rumah tangga, canting yang
terbuat dari tempurung kelapa banyak dipakai sebagai salah satu perlengkapan
dapur sebagai gayung. Dewasa ini canting tempurung kelapa sudah
jarang terlihat lagi karena digantikan bahan lain seperti plastik. Canting
untuk membatikpun perlahan digantikan dengan teflon.
3. Gawangan
Gawangan
adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik.
Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian
rupa, sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.
4. Bandul
Bandul
dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul
adalah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser, tertiup
angin, atau tertarik oleh pembatik secara tidak sengaja.
5. Lilin (malam) dicairkan.
Lilin
atau malam ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya, malam
tidak habis (hilang) karena akhirnya diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik
sampai batikan menjadi kain. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda
dengan malam atau lilin biasa. Malam untuk membatik bersifat
cepat menyerap pada kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses
pelorotan.
6. Wajan
Wajan
ialah perkakas untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat dari logam baja, atau
tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan
dari perapian tanpa menggunakan alat lain.
7. Tapas (ilir)
Tapas (ilir) merupakan alat
untuk membesarkan api arang jika menggunakan alat pemanas angglo.
8. Taplak
(selembar kain penutup)
Taplak ialah kain untuk
menutup paha si pembatik supaya tidak kena tetesan “malam” panas sewaktu
canting ditiup, atau waktu membatik.
9. Dingklik
Dingklik merupakan tempat
duduk pembatik yang terbuat dari kayu dan berukuran rendah atau pendek.
Sehingga pembatik dalam proses membatik akan terasa nyaman dan tidak akan cepat
lelah.
10. Kompor kecil untuk memanaskan.
Kompor adalah alat
untuk membuat api. Kompor yang biasa
digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak
Saringan
ialah alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya. Jika malam
disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya malam
pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik
12.
Pola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yang baik ya